SINJAI SUL-SEL, GARUDA CITIZEN- Pada saat ini mungkin nama yang sering terdengar di bumi maupun di langit adalah Corona, dengan memohon virus ini cepat berakhir agar semua kembali seperti semula. Virus ini lahir di kota Wuhan negara China lalu kemudian menyebar ke seleruh dunia. Sabtu (22/05/2020)
Di Indonesia sendiri virus ini sudah mencapai pulahan ribu dan kita tidak tahu sampai kapan akan berhenti berkembang. Selain itu kita juga belum tahu pasti siapa yang melahirkan virus ini atau dengan kata lain orang tua kandung dari virus ini beleum terdeteksi oleh tes DNA. Itulah jejak karir dan biografi singkat dari Corona.
Corona ini tidak jauh beda dengan orang ketiga dia datang kemudian mengubah segalanya, saat pertama kali muncul corona ini telah mempengaruhi kehidupan manusia. Mulai dari segi sosial salah satunya adalah masyarakat suda kehilangan hasratnya dalam berinteraksi antar sesama karena diselimuti kecurigaan atas Corona. kebutulan saat ini berada dalam bulan suci ramadhan bisa dikatakan kita sedang menjalankan puasa ramadhan sekaligus puasa sosial.
![](https://sulawesi.garudacitizen.com/wp-content/uploads/2020/05/iklan-206-1024x512.jpg)
Tapi pada dasarnya manusia adalah mahluk sosial yang artinya tidak bisa hidup tampa bantuan orang lain, kemudian bagaimana caranya agar manusia tetap terhubung walau tidak berinteraksi langsung. Kita sedikit beruntung karena Corona datang dizaman teknologi, zaman digital, semua sudah serba canggih dimana kita masih bisa berhubungan walapun tidak bertemu secara langsung, kita bisa mengakses perkembangan dunia luar melalui media.
Dalam situasi seperti ini saya pikir teori yang tepat untuk memaknai kondisi ini tidak lain tidak bukan adalah teori dari Sandra Ball-Rokeach dan Malvin DeFleur tentang Teori Ketergantungan Media (Dependency Theory) yang menyatakan bahwa semakin seseorang tergantung pada suatu media untuk memenuhi kebutuhannya, maka media tersebut menjadi semakin penting untuk orang itu.
![](https://sulawesi.garudacitizen.com/wp-content/uploads/2020/05/IMG-20200523-WA0021.jpg)
Media menjadi sedemikian rupa pentingnya bagi masyarakat sebagai perantara penyaluran informasi, disamping itu kita sendiri suda tahu didunia ini manusia tidak hanya satu karakter maksudnya tidak hanya ada orang baik tapi ada juga ada orang kurang baik seperti membenrtitakan opini yang menyesatkan sehingga rangkaian informasi yang disampaikan dapat menyesatkan pola poikir sipembaca yang bertujuan untuk menakut nakuti masyarakat.
Dalam hal ini masyarakat tidak boleh begitu saja menerima informasi yang disuguhkan oleh media sebaiknya saring terlebih dahulu dengan memastikan bahwa data yang diberitakan memang valid dengan melihat media ini suduah diverifikasi Dewan Pers dengan begitu kita bisa yakini bahwa media ini cocok untuk menemani kita.
Dikondisi seperti ini tidak bisa dipungkiri bahwa seluruh dunia tengah disibukkan dengan Corona termasuk Indonesia sudah ada puluhan ribu yang terkapar Positif Covid 19. Dengan melonjaknya pasien covid 19 pemerintah semakin memfokuskan dalam menentukan langka apa selanjutnya yang akan dilakukan untuk meredam wabah ini.
Apalagi seakarang masyarakat Indonesia berada dalam suasana ramadhan dan ramadhan kali ini beda dari tahun tahun kemarin karena semua kegiatan ibadah dilakukan di rumah masing masing. Bahkan idul fitri pun nanti juga shalatnya akan dilakukan dirumah juga. Di Indonesia sendiri dalam menyambut lebaran punya tradisi tersidiri yaitu mudik agar bisa berkumpul bersama dirumah orang tua misalkan. Namun, dikarenakan ada waba jadi pemerintah menganjurkan agar tidak muudik untuk meredam penularan covid 19.
Ditenga pandemi ini semua kegitaan yang berhubungan langsung dibatasi mulai dari berinteraksi dengan orang sekitar, bersilaturahmi dengan keluarga dibatasi, beribadah pun dibatasi. Semua yang berkaitan dengan interaksi langsung cuma bisa dinikmatim melalui dunia maya.
(Oleh:Muh. Sainur dari Mahasiswa Sosiologi FIS. UNM)
![](https://sulawesi.garudacitizen.com/wp-content/uploads/2020/05/IMG-20200511-WA0122-120-1024x341.jpg)