Ungkapan Perempuan Ditengah Arus “Fundamentalisme Agama “

SINJAI SUL-SEL, GARUDA CITIZEN- Tuhan telah menciptakan dunia dan isinya dalam oposisi biner, Salah satunya yakni perempuan. Dalam hal ini perempuan kerap kali menjadi ajang pembicaraan dan mempunyai daya tarik tersendiri terutama tubuh yang di miliki perempuan di mana tubuh perempuan justru menyebabkan problem bagi dirinya sendiri.

Dalam dunia yang semakin berkembang perempuan justru kerap kali di jadikan patung-patung oleh kapitalisme. Tubuh di anggap sebagai penyebab terjadinya diskriminasi yang merugikan perempuan maka dibedakanlah dua kategori perempuan, yaitu tubuhnya dan
pikirannya.

Melalui jalan ini, para feminis merasa dapat meredefinisikan posisinya,
bahwa kecerdasaan kecil relevansinya dengan jenis kelamin. Jalan yang ditempuh ini, meski langkah awal untuk menyuarakan kesetaraan, ternyata tidak menyelesaikan persoalan tubuh perempuan itu.

Sebaliknya pemilahan ini hanya semakin mengasingkan tubuh perempuan.
Penyebab diskriminasi terhadap perempuan di sebabkan oleh kedirian nya sendiri magapa tidak penampilan yang tak pantas dapat menjadi salah satu pemicu.

Kita tentu tidak buta melihat model dalam iklan-iklan yang menampilkan perempuan dalam wujud yang pantas di pamerkan sehingga dapat saya katakan perempuan hari ini masih di perbudak oleh domestik rekaan kapitalisme.

Karena itulah seringkali perempuan merasa janggal dengan tubuhnya sendiri, seakan-akan ia adalah mesin yang dipaksakan untuk dapat memfungsikan tubuhnya sendiri. Jum’at (10/04/2020)

Ia dipaksa untuk berfungsi sesuai dengan budaya patriarki, rahimnya mewajibkannya untuk menjadi instrumen reproduksi, tubuh dan alat kelaminnya diobjektifikasikan sebatas identitas seksual saja.

Ia tidak di lirik sebagai subjek, yang memiliki bahasa, tendensi, kecerdasan, kepekaan tersendiri. Ia justru dilihat sebagai budak perkembangan zaman.

Budaya patriarki telah mendarah danging dalam masyarakat oleh nya itu perempuan-perempuan ideal ketika ia mampu melakukan perjalan sebagai ibu rumah tangga.

Pradigma berpikir orang-orang mengenai perempuan haruslah pandai memasak, mengurus kebutuhan suami dan lain-lain menjadikan perempuan semakin di subordinasikan oleh dunia.

Padahal perempuan pun mampu mengaktual kan akalnya setara dengan kaum lelaki, begitu pun dalam dunia pekerjaan.

(Mursalim/wartawan GC)

Related posts

Mahasiswa Magister Sosiologi UNHAS Lakukan Penelitian Di Masyarakat Cikoang

Kapolres Sinjai Pimpin Apel Siaga Gelar Pasukan dan Peralatan Antisipasi Fonomena La Nina Tahun 2021

Pemdes Panaikang Fokus Menjalankan Sisa Program Regulasi Perencanaan Desa Menjelang Pilkades Serentak 2021