Berita Opini

Mahasiswa Baru Dan Belenggu Fasisme Senior

SINJAI SUL-SEL, GARUDA CITIZEN- Setiap generasi pasti beregenerasi dan saya mengamini itu. Ibarat tanaman yang telah mati akan tergantikan dengan bibit-bibit baru. Sama halnya dengan mahasiswa, bahwa akan ada perubahan masa mereka yang Tua-tua akan bertukar dengan tunas yang baru. Senin (06/07/2020)

Selanjutnya saya ingin berucap ” Selamat datang teruntuk kawan-kawan mahasiswa baru di manapun kalian berada, apapun suku, ras dan agama Kalian”. Tentu dengan kedatangan tuan-tuan sekalian akan menjadi berita gembira bagi seluruh civitas akademika kampus pilihan tuan.

Sebelum lebih jauh berpetualang di dunia perkuliahan,  tuan dan puan akan terlebih dulu melewati rentetan peristiwa atau yang sering diidentikkan sebagai prasyarat untuk masuk perkuliahan. Apa lagi kalau bukan masa orientasi antara si baru dengan si lama, entah itu yang lahir dari Ospek, Masta atau apapun istilahnya.

Tentunya menjadi mahasiswa baru yang memasuki sebuah lingkungan asing akan membuat kalian merasa ganjil. Entah karena perasaan khawatir, was-was, canggung serta prasangka buruk akan membayangi pikiran anda.

Tetapi dari kesemuanya itu, mungkin yang pertama kali terpatri di pikiran tuan  ialah bagaimana jadinya bertemu senior yang galak serta semaunya kepada kalian yang masih lucu dan imut ini. Orang lebih nyaman menyebutnya tindakan fasis.

Apa itu fasisme? Senior kok fasis?
Ketika kita berkaca pada pengertiannya, menurut Wikipedia, maka didapat bahwa Fasisme adalah ideologi yang berdasarkan pada prinsip kepemimpinan dengan otoritas absolut di mana perintah pemimpin dan kepatuhan berlaku tanpa pengecualian.

Berdasar pengertian diatas, saya bisa menarik sedikit kesimpulan tentang itu, bahwa Fasisme merupakan paham dimana segala sesuatunya disandarkan kepada pemimpin dan wajib dilaksanakan segala perintahnya.

Lalu apa hubungannya dengan senioritas?
Ketika kita menggambarkan saat siTua  memberikan instruksi yang semena-mena dan tak masuk diakal namun harus dipenuhi tanpa pertimbangan kemampuan kepada kalian maka dapat dikatakan mereka adalah senior-senior yang fasis (otoriter).Kebanyakan pun berspekulasi bahwa imbas dari senioritas akan menumbuhkan sifat yang sama kelak dikemudian hari.

 Yang sebenarnya esensi senioritas itu tidak hanya memberikan konotasi buruk akan tetapi banyak sisi positif yang bisa kita tampung. Misalnya saja dijadikan sebagai ajang transformasi ilmu pengetahuan sehingga kalian siap dan sigap untuk mengarungi derasnya arus persaingan di kampus. Namun akibat perbedaan penafsiran serta implementasi mengenai senioritas, justru membawanya pada arus makna peyoratif.

Barangkali fasisnya senior  disebabkan karena pengaruh masa lalu (trauma) saat mereka berada pada posisi yang saat ini kalian rasakan. Lalu konsep itulah yang diamini secara turun temurun, diwariskan dari generasi ke genarsi. Akibatnya, hal ini menjadi sebuah tradisi yang sebenarnya tidak berguna. Bukan atas dasar senioritas lagi, tetapi arogansi, sok kuasa dan perasaan semena-mena yang bermunculan sehingga banyak melahirkan generasi-generasi yang menindas.

Jika kita menilik lebih jauh dari realitas yang ada, maka betul adanya tindakan-tindakan fasis sering terjadi dikalangan junior kampus. Dimana senior dengan rasa traumatisnya melakukan tindakan yang seolah-olah menjadikannya sosok menakutkan.

Dengan permainan lama, seperti membentak, bertindak sesuka hati, arogan,  dan bahkan sampai pada kekerasan fisik adalah hal-hal yang sama sekali tidak berperikemanusiaan dan jauh dari kata merdeka. Lalu apa bedanya mereka dengan zaman perbudakan jika kalian masih diperlakukan seperti mayat-mayat hidup.

Terlebih lagi masa orientasi dijadikan sebagai ajang promosi, pamer jabatan serta sekadar untuk seremonial agar dihormati sebagai seorang senior. Tapi yang menjadi masalah adalah ketika kalian melakukan tindakan-tindakan yang seperti itu maka yang muncul hanya rasa jijik dan dendam didalam pikiran mereka, yang selanjutnya akan di lampiaskan di masa selanjutnya.

Itulah mengapa saya katakan bahwa salah satu penyebab Fasisme Senior ialah akumulasi dari pada faktor traumatis (masa lalu) dan gagalnya berfikir akan konsep senioritas yang untuk selanjutnya memang perlu di bumi hanguskan dari di dunia pendidikan kita.

Maka dari itu jadilah senior yang sewajarnya saja, menjadi inisiator dengan berkomunikasi yang baik bagi para adik-adiknya. Jika mengutip dari kata Pram “seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan” mungkin cukup untuk menyadarkan kita akan tugas sebagai seorang yang terdidik apalagi telah menjadi seorang senior. Bagaimana kita mendidik mereka untuk berani dan tahu cara memprotes ketidakadilan.

Sebab  roda kehidupan perkuliahan dan menyandang gelar Mahasiswa, tentu bukanlah hal sepele. Ada begitu banyak tugas dan tanggungjawab yang mesti tuan-tuan emban. 

Dan itu sudah pasti kalian akan lalui utamanya untuk mereka yang menyandang status “baru” di kampus. Mengapa demikian? Karena hakikatnya, mahasiswa adalah orang muda yang enerjik dan terdidik serta berapi-api karena di dalam dirinya sudah ada sepenggal cita-cita, mimpi, harapan dan semangat perubahan bagi bangsa dan negara.

Terakhir, sekali lagi saya sampaikan selamat datang tuan dan puan mahasiswa baru, selamat mengarungi kehidupan baru.

Salam perjuangan Salam cinta untuk kakak senior serta salam sayang untuk adik-adik mahasiswa baru. Selamat datang kalian yang telah banyak ditolak Kampus favorit.

(Sandi)

Related posts

Di Cari 40 Orang Yang Pernah Kontak Erat, Dengan Pasien Covid 19

Erwynk Garuda Sulawesi

Solidaritas Untuk Jeneponto Bantaeng, Aliansi Pemuda Kunjungi Keluarga Korban Tanah Longsor Dan Banjir

Erwynk Garuda Sulawesi

Pengucapan Sumpah/janji Pimpinan DPRD Masa Jabatan 2019-2024, Inilah Nama Pimpinannya:

Fadel Muhammad

Leave a Comment

eleven − 2 =